BELAJAR MEMBUAT PUISI SEDERHANA PADA SISWA KELAS RENDAH SEKOLAH DASAR Oleh: Cahyani, S.Pd.SD Kepala SDN Debong Kidul. Puisi adalah sa...
BELAJAR MEMBUAT PUISI SEDERHANA PADA SISWA KELAS RENDAH SEKOLAH DASAR
Oleh:
Cahyani, S.Pd.SD
Kepala SDN Debong Kidul.
Puisi adalah salah satu jenis karya sastra yang gaya bahasanya sangat ditentukan oleh irama, rima, serta penyusunan larik dan bait. Penulisan puisi dilakukan dengan bahasa yang cermat dan pilihan kata yang tepat, sehingga meningkatkan kesadaran orang akan pengalaman dan memberikan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan pemaknaan khusus (Wikipedia)
Jika melihat pengertian puisi diatas, rasanya kita sudah merasa susah untuk memahami sebuah puisi, apalagi membuat sebuah puisi. Maka banyak orang yang merasa enggan mengenal puisi, tidak menyukai puisi, dan tentu merasa sangat tidak mungkin membuat atau menciptakan sebuah puisi.
Namun jika mau disederhanakan, bahwa puisi adalah ungkapan ekspresi seseorang tentang apa yang ada dalam pikirannya, tentang apa yang dirasakan dalam hatinya, atau bahkan lebih sederhana tentang apa yang dilihatnya. Lalu diungkapkannya dalam bentuk kata kata. Tak perlu dulu menggunakan kata yang penuh makna, kata yang antik jarang digunakan. Tetapi gunakanlah kata yang bisa kita kuasai saja. Meskipun kata sederhana biasa.
Apalagi jika kita akan mengajak anak anak membuat puisi, sementara kosa kata yang dikuasai anak anak masih terbatas. Tentulah akan sangat sulit jika anak anak membuat puisi dengan kata kata kias yang belum dikuasai. Badrut Taman, M.Pd.I dalam sebuah artikelnya di Gurusiana.id menerangkan bahwa membuat puisi bagi anak anak bisa menggunakan kata apapun yang dikuasai anak, misalnya kata benda, kata sifat, maupun kata kerja. Pada hakekatnya semua kata yang dikuasai anak dapat digunakan untuk membuat sebuah puisi.
Membimbing anak anak usia Sekolah Dasar kelas rendah membutuhkan kesabaran lebih untuk menggugah agar anak bisa mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya, apa yang dirasakan dalam hatinya, dan juga apa yang dia lihat untuk diungkapkan dalam sebuah tulisan, dan tulisan itu berbentuk sebuah puisi. Penyederhanaan konsep tentang kriteria puisi harus dilakukan. Atau bahkan menghilangkan konsepnya terlebih dahulu agar anak tidak terbelenggu pemikiran bahwa membuat puisi itu susah. Tetapi lebih mengutamakan bagaimana anak agar bisa mengungkapkan pikiran, perasaan, dan apa yang dilihatnya dalam kata kata sederhana.
Merujuk pada Kladius Alfon dalam artikel Ini Dia Cara Membuat Puisi Anak SD beserta Contohnya di POPMAMA yang menguraikan bahwa membuat puisi itu memerlukan beberapa kriteria atau ketentuan, yaitu: 1) Tentukan tema dan judul, 2) Tentukan kata kunci, dan 3) Gunakan gaya bahasa. Untuk anak Sekolah Dasar kelas tinggi, kriteria diatas tersebut mungkin masih bisa diterapkan. Tetapi untuk kelas rendah mungkin dibutuhkan penyederhanaan kriteria atau dengan sedikit variasi cara yang lebih sederhana atau lebih mudah dipahami dan dilakukan oleh anak usia Sekolah Dasar kelas rendah.
Tentukan Tema dan Judul. Menentukan tema dan judul pada siswa Sekolah Dasar kelas tinggi bisa dilakukan langsung, karena konsep tema sudah bias dipahami siswakelas tinggi. Siswa bisa langsung memilih tema atau judul puisi yang akan dibuat. Atau guru yang menentukan tema sedangkan siswa boleh mencari judul sendiri untuk puisi karangannya. Tema lebih luas dari judul, jadi jika ditentukan temanya siswa bisa menemukan judul yang bisa berbeda tetapi tidak keluar dari tema yang ditentukan.
Pada kelas rendah, guru bisa berimprofisasi dengan membawakan benda yang akan dijadikan tema puisi. Jadi siswa bisa langsung melihat obyek benda yang akan dijadikan tema puisi. Misalnya guru membawa setangkai bunga, mawar merah, dikelas dan menunjukkan bunga tersebut kepada siswa dengan arahan bahwa semua siswa dikelas akan membuat puisi dengan tema bunga yang sudah dibawakan oleh guru. Kemudian bunga tersebut diletakkan di depan kelas pada tempat yang mudah dilihat oleh semua siswa di kelas.
Tentukan kata kunci. Fase ini mungkin saja bisa dilewati, atau gabungkan saja dengan fase menentukan tema dan judul. Tetapi bisa juga kata kunci ini dipakai untuk membuka bait sebuah puisi. Dalam kasus di atas, seorang guru yang membawa mawar di kelas, guru bisa memancing siswa untuk menuliskan kata pertama untuk benda yang yang dibawa guru di kelas, secara bebas. Berikan kebebasan mutlak pada anak untuk menuliskan kata pertama ini. Tetapi berilah arahan tentang benda peraga itu, mawar merah, dengan pertanyaan pemancing, misalnya: Apa yang kamu lihat? Siswa dipersilahkan menjawab dengan tulisan di buku, atau di selembar kertas.
Gunakan gaya bahasa. Fase ketiga ini akan sangat sulit jika diterapkan pas siswa kelas rendah di Sekolah Dasar. Maka sebaiknya biarkan siswa menggunkan bahasa atau kosa kata yang telah dikuasai. Berilah kebebasan mutlak kepada siswa untuk menulis sebisanya, sebisa apa yang ada dalam hatinya, dalam pikirannya. Jika ada siswa yang bertanya, misalnya: Itu bunga ya, bu? Guru harus bisa bijak mengarahkan agar siswa menjawabnya dalam bentuk tulisan, misal: Ya, jika menurut kamu itu bunga, tulis saja ya dikertas, Bunga. Sampai diusahakan semua siswa berhasil menuliskan minimal sebuah kata. Misalnya kata yang telah berhasil dituliskan siswa adalah: Bunga, Mawar, Bunga Mawar, Mawar Merah, atau malah jika ada siswa telah menuliskan kata Merah, biarkan saja seperti itu. Usahakan agar siswa tidak terpengaruh oleh kata yang dituliskan oleh temannya.
Jika satu kata telas tertulis, selanjutnya guru dipersilahkan memancing siswa untuk menuliskan kata selanjutnya, dengan berbagai pertanyaan. Misal, pertanyaan yang berkait dengan bentuk fisik benda peraga: Apa warnanya? Siswa dipersilahkan menjawab tertulis dan minimal satu kata. Pertanyaan pertanyaan dan celotehan siswa dalam interaksi klasikal, tetap diarahkan untuk menjawab dalam bentuk tulisan dan dituliskan dibawah kata pertama. Misal, kata kedua yang muncul: Mawar Merah, Merah Terang, Merah, Warna Merah, dan Sangat Merah.
Pertanyaan berikutnya, boleh dihubungkan dengan perasaan siswa terhadap benda peraga, misal: Apakah kamu suka, atau kamu malah tidak suka? Jika sudah sampai tahap ini, interaksi klasikal antar siswa dan guru bisa semakin ramai. Selalu arahkan apa kata hati siswa, jawaban siswa dalam bentuk tulisan. Misal: Aku Suka, Suka Aku, Suka Sekali, Aku Tidak Suka, dan Tak Aku Suka.Yang harus menjadi pusat perhatian guru adalah, setiap kata yang ditulis siswa, biarkan atau arahkan agar sesuai kosa kata yang dikuasai siswa, biarkan atau arahkan apa saja yang keluar dari pikiran siswa, hati siswa. Catatannya: Jangan boros dengan kata. Hal ini dimaksudkan agar puisi ini lebih bermakna, dengan kata kata yang simple dan pas dengan perasaan siswa. Kecuali jika nantinya siswa sudah terbiasa mengungkapkan perasaannya, kata hatinya dengan kata kata dalam bentuk tulisan.
Kembangkan pertanyaan berikutnya, yang masih berkait dengan perasaan siswa, misal: Mengapa kamu suka? Mengapa kamu tidak suka? Beragam jawaban akan ditulis siswa. Misalnya ada jawaban: Bagus Sekali, Indah, Kelihatan Segar, Aku Suka Melati, Aku Suka Putih.
Bisa juga guru memancing dengan pertanyaan lain yang berkait dengan perasaan anak. Atau dilanjutkan pertanyaan berkait dengan tindakan siswa terhadap benda peraga. Misal: Apa yang akan kamu lakukan pada bunga mawar itu? Jawaban siswa, Misal: Untuk Ibuku, Ditanam di Halaman, Untuk Hiasan Kamar, Ingin Kubuang, dan Untuk Temanku.
Rangkuman kata/puisi yang sudah dituliskan siswa bisa dirangkumlan sebagai berikut:
Puisi 1
Aku Suka
Bunga
Mawar Merah
Aku Suka
Bagus Sekali
Untuk Ibuku
Puisi 2
Indah
Mawar
Merah Terang
Suka Aku
Indah
Kutanam dihalaman
Puisi 3
Hiasan Kamar
Bunga Mawar
Merah
Suka sekali
Kelihatan Segar
Untuk Hiasan Kamar
Puisi 4
Ingin Ku Buang
Mawar Merah
Warna Merah
Aku Tidak Suka
Aku Suka Melati
Ingin Ku Buang
Puisi 5
Aku Suka Putih
Merah
Sangat merah
Tak Suka Aku
Aku Suka Putih
Keberikan Teman
Seluruh kata yang telah dituliskan siswa berurutan dibuku atau dikertas sudah bisa disebut sebagai karya sederhana sebuah puisi anak, dengan judul atau tanpa judul. Jika ingin menambahkan judul, bisa diambilkan dari kata kata yang sudah tertulis dalam puisi itu. Dalam puisi puisi diatas diambilkan judul: Aku Suka, Indah, Hiasan Kamar, Ingin Ku Buang, dan Aku Suka Putih.
Apapun kata yang ditulis siswa. Bagus atau masih kurang bagus, semua dihargai sebagai kata kata bermakna, kata kata sebagai ungkapan perasaan siswa. Sering seringlah siswa diajak menuliskan pikiran dan perasaannya dalam kata kata simple, kata kata sederhana, dimulai dari satu kata dulu. Jika nanti sudah terbiasa maka siswa akan mengerti satu kata bermakna bisa berbanding sama atau lebih bermakna daripada banyak kata lain. Selalu hargai apapun kata yang ditulis siswa, meski satu kata, dalam mengungkapkan apa yang dia lihat, bagaimana perasaan siswa pada sebuah obyek, benda, peristiwa, atau fenomena. Apa yang ingin ia perbuat, apa yang diinginkan pada obyek tersebut. Tiga hal itu, apa yang dilihat, apa yang dirasakan, apa yang diinginkan, sudah cukup untuk belajar mengungkapkan sisi hati dan pikirannya dalam sebuah tulisan, khususnya sebuah puisi.
COMMENTS